-->
Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 12 Mei 2016

Kisah nyata wajib baca bagi yang belum menikah yang selalu mengunggulkan karena karier akibatnya seperti ini



Semuanya wanita menginginkan menikah, namun kapan waktunya, siapa yang tahu? Menikah yaitu ketentuan yang serius, tidak bisa ditetapkan cuma kurun waktu semalam. Karenanya, dibutuhkan kesiapan di dalamnya.
Sebagian orang berencana kalau dia bakal menikah di umur muda (sekitaran 18 – 23 th.). Beberapa lagi, berencana menikah di umur yang masak atau waktu kehidupan ekonominya sudah mapan. Ada beragam pertimbangan untuk mengambil kapan saat pernikahan paling baik.
Tersebut, ada cerita serta pengalaman seseorang wanita yang pilih untuk tunda menikah serta lebih pilih karier dibanding menikah yang diberikan melalui account Facebook Cirebon Tanpa ada Pacaran.
Saya telah lulus dari kuliah serta telah memperoleh pekerjaan yang bagus. Lamaran pada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan, walau demikian saya tak memperoleh seseorangpun yang dapat membuatku tertarik.
Lalu aktivitas kerja serta karier memalingkan saya dari segalanya yang lain. Sampai saya hingga berusia 34 th..
Saat tersebut saya baru mengerti bagaimana susahnya terlambat menikah. Disuatu hari datang seseorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 th.. Dia datang dari keluarga yang kurang dapat. Namun saya ikhlas terima dianya apa yang ada.
Kami mulai mengkalkulasi gagasan pernikahan. Dia memohon kepadaku foto kopi KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Saya selekasnya menyerahkan itu padanya.
Sesudah berlalu dua hari ibunya menghubungiku lewat telephone. Beliau memohonku untuk berjumpa secepat mungkin saja.
Saya selekasnya menemuinya. Mendadak ia keluarkan foto copyan KTPku. Dia ajukan pertanyaan kepadaku apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?
Saya menjawab : Benar.
Lantas ia berkata : Jadi umurmu telah mendekati umur 40 th.?!
Saya menjawab : Usiaku saat ini tepatnya 34 th..
Ibunya berkata lagi : Iya, sama juga.
Usiamu telah melalui 30 th..
Itu berarti kesempatanmu untuk mempunyai anak telah makin tidak tebal.
Sesaat saya menginginkan sekali menimang cucu.

Dia tidak ingin diam hingga ia mengakhiri sistem pinangan pada diriku dengan anaknya.
Masa-masa susah itu berlalu hingga 6 bln.. Pada akhirnya saya mengambil keputusan untuk pergi melakukan beribadah umrah berbarengan ayahku, agar saya dapat menyiram rasa sedih serta kekecewaanku di Baitullah.
Akupun pergi ke Mekah. Saya duduk menangis, berlutut di depan Ka’bah. Saya memohon pada Allah agar di beri jalan paling baik.
Sesudah usai shalat, saya lihat seseorang wanita membaca al Qur’an dengan nada yang begitu merdu. Saya mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat :
“Dan karunia Allah yang dilimpahkan padamu itu begitu besar”. (An Nisa’ : 113)
Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.
Mendadak wanita itu merangkulku ke pangkuannya. Serta ia mulai mengulang-ulang firman Allah :
“Dan sungguh, nantinya Tuhanmu tentu memberi karunia-Nya padamu, hingga engkau jadi puas”. (Adh Dhuha : 5)
Untuk Allah, seakan-akan saya baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya mengagumkan, jiwaku jadi tenang.
Sesudah semua ritual umrah usai, saya kembali pada Cairo. Di pesawat saya duduk di samping kiri ayahku, sesaat disamping kanan beliau duduk seseorang pemuda.
Sesampainya pesawat di bandara, akupun turun. Di ruangan tunggulah saya berjumpa suami salah seseorang rekanku. Kami ajukan pertanyaan padanya, dalam rencana apa ia datang ke bandara?
Dia menjawab kalau ia lagi menanti kehadiran rekannya yang kembali dengan pesawat yang sama juga dengan yang saya tumpangi. Cuma sebagian waktu,

tiba-tiba temannya itu datang. Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.
Selanjutnya aku berlalu dengan ayahku…..
Baru saja aku sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang suaminya tadi aku temui di bandara meneleponku. Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku. Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga. Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.
Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.
Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu. Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya. Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.
Akhirnya…..aku pun datang berkunjung ke rumah temanku itu. Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi.
Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri. Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.
Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan. Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku. Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.
Namun sudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku. Perasaanku mulai diliputi kecemasan. Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.
Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan. Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.
Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman. Dia minta kepadaku untuk cek darah.
Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikutnya, karena hasilnya sudah jelas. Langsung saja ia mengucapkan “Selamat, anda hamil!”
Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya. Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.
Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung. Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.
Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokter itu menjawab: Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.
Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan. Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar. Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan. Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah. Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.
Aku dikagetkan dengan pernyataannya:
“Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?
Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan. Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?
Lalu ia menjawab sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan ketuaan umurku.
Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.
Lantas aku menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah:
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha: 5)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami…” (Ath Thur: 48)

Bacalah ayat ini penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menelantarkanmu. Bila artikel ini ada manfaatnya silahkan di-share.



CAR,FOREX,SEO,DOMAIN,HOSTING,HEALTH