Mari kita renungkan kisah berikut. Mudah-mudahan bermanfaat, terlebih khusus bagi kaum wanita.
Berhijab
adalah suatu kewajiban untuk kaum wanita yang telah diperintahkan oleh Allah.
Ada sebagian yang memang memahami tata cara berhijab dan ingin melaksanakan
perintah-Nya. Namun tidak sedikit yang hanya ikut-ikutan trend atau bahkan
belum mengenakan busana wajib tersebut.
Banyak
sekali desain dan model hijab yang ada saat ini, dan mudah sekali kita temui di
mall, butik ataupun online shop.
Diantaranya
ada yang sesuai dengan syariat tetapi tidak sedikit juga yang hanya
mementingkan model untuk dibilang modis. Padahal yang diperintahkan adalah
menutupi semua anggota tubuh dengan kain-kain yang longgar dan tidak ketat.
Perhatikan gambar di bawah ini
Banyak
dari kita yang berpersepsi bahwa tidak berhijab adalah dosa kecil atau biasa
saja. Umumnya para wanita muslim yang tidak berhijab berpikir "dosa
kecil" tersebut bisa tertutupi atau terbayar dengan pahala yang banyak
dari shalat, puasa, zakat dan haji serta amal shalih lainnya. Tentunya ini
adalah kekeliruan yang besar dan kesalahan dalam cara berpikir dan harus
diluruskan. Kaum wanita yang tidak memakai hijab, tidak saja telah berdosa
besar kepada Allah, bahkan bisa saja terhapus seluruh pahala amal ibadahnya.
Seperti
firman Allah SWT dalam Al-Quran yang artinya “….. Barang siapa yang mengingkari
hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan
di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Maidah: 5).
Na’udzubillah.
Semoga kita terjauh dari adzab Allah SWT dan ditambahkan hidayah oleh Allah
untuk segera sadar dan berpikir. Bukankah Islam adalah agama bagi kaum yang
berpikir?
Ada
sebuah kisah seorang wanita yang menganggap bahwa dosa tidak mengenakan hijab
itu adalah dosa kecil. Mari kita simak bersama-sama.
Ada
seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia kadang menjalankan ibadah
sunnah. Hanya satu kekurangannya, ia tak mau berhijab. Menutup auratnya. Setiap
kali ditanya ia hanya tersenyum dan menjawab, ”Inshaa Allah yang penting hati
dulu yang berhijab.” Ini adalah jawaban yang sering terdengar di kehidupan kita
tentunya. Sudah banyak orang menanyakan maupun menasihatinya, tapi jawabannya
tetap sama.
Suatu
malam, ia bermimpi berada di sebuah taman yang sangat indah. Rumputnya sangat
hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan segarnya udara
dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih hingga dasarnya kelihatan,
melintas dipinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya.
Ia
tak sendiri. Ada beberapa wanita disitu yang terlihat juga menikmati keindahan
taman. Ia pun menghampiri salah satu wanita. Wajahnya sangat bersih seakan-akan
memancarkan cahaya yang sangat lembut.
“Assalamu’alaikum,
Saudariku….”
“Wa’alaikumussalam.
Selamat datang, Saudariku.”
“Terima
kasih. Apakah ini surga?”
Wanita
itu tersenyum. “Tentu saja bukan, Saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu
sebelum ke surga.”
“Benarkah?
Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja
sudah seindah ini.”
Wanita
itu tersenyum lagi, ”Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, Saudariku?”
“Aku
selalu menjaga waktu shalat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah.”
“Alhamdulillah…”
Tiba-tiba
jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu
terbuka. Dan ia melihat beberapa wanita yang berada di taman mulai memasukinya
satu-persatu.
“Ayo
kita ikuti mereka,” kata wanita itu setengah berlari.
“Ada
apa di balik pintu itu?” katanya sambil mengikuti wanita itu.
“Tentu
saja surga, Saudariku,” larinya semakin cepat.
“Tunggu…tunggu
aku…” teriak si wanita itu. Dia berlari namun tetap tertinggal, padahal wanita
itu hanya setengah berlari sambil tersenyum kepadanya.
Ia
tetap tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari. Ia lalu berteriak, “Amalan
apa yang telah kaulakukan hingga engkau begitu ringan?”
“Sama
dengan engkau, Saudariku,” jawab wanita itu sambil tersenyum.
Wanita
itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita
itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu. “Amalan apalagi
yang ka lakukan yang tidak kulakukan?”
Wanita
itu menatapnya dan tersenyum. Lalu berkata, “Apakah kau tak memperhatikan
dirimu, apa yang membedakan dengan diriku?”
Ia
sudah kehabisan napas, tak mampu lagi menjawab.
“Apakah
kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke Surga-Nya tanpa hijab menutup
auratmu?”
Tubuh
wanita itu telah melewati pintu. Tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya
dan berkata, ”Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu
mengikutiku memasuki surga ini untuk dirimu. Cukuplah surga hanya sampai hatimu
karena niatmu adalah menghijabi hati.”
Ia
tertegun lalu terbangun, beristighfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan
shalat malam. Menangis dan menyesali perkataannya dulu. Berjanji pada Allah
sejak saat itu ia akan menutup auratnya.
Saudariku,
“Sesungguhnya seorang mukmin dosanya itu bagaikan bukit besar yang kuatir jatuh
padanya, sedang orang kafir memandang dosanya bagaikan lalat yang hinggap di
atas hidungnya.”
Sekarang
kaum wanita yang tak mau berhijab, dapat menanyakannya ke dalam hati nurani
mereka masing-masing. Apakah terasa berdosa bagaikan gunung yang sewaktu-waktu
jatuh menghimpitnya atau bagaikan lalat yang hinggap dihidung mereka?
Kalau
kaum wanita yang tak mau memakai hijab, menganggap enteng dosa mereka bagaikan
lalat yang hinggap dihidungnya, maka tak akan bertobat di dalam hidupnya. Atau
dalam perkataan lain tidak ada perasaan takut kepada Allah, sebab itu mereka
kekal didalam neraka. Dan mereka tak akan mendapatkan syafaat atau pertolongan
Nabi Muhammad SAW nanti di akhirat.
Sesungguhnya
banyak kaum wanita yang terhapus pahala shalatnya yang hidup di zaman ini dan
di zaman yang akan datang. Semata-mata karena mereka tidak memakai hijab
didalam hidup mereka, telah diisyaratkan Nabi Muhammad SAW dikala hidup beliau
sebagaimana bunyi hadits dibawah ini yang artinya sebagai berikut: “Ada satu
masa yang paling aku takuti, dimana ummatku banyak yang mendirikan shalat,
tetapi sebenarnya mereka bukan mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah bagi
mereka”.
Dari
hadits diatas, ada sepenggal kalimat “sebenarnya bukan mendirikan shalat”
maksudnya ialah nilai shalat mereka tidak ada di sisi Allah. Karena telah hapus
pahalanya disebabkan kaum wanita mengingkari ayat tentang perintah hijab.
Begitulah
Rasulullah memberi peringatan kepada kita semua, bahwa banyak ummatnya dari
kaum wanita yang masuk neraka biarpun mereka mendirikan shalat, tetapi tidak
memakai hijab semasa hidupnya.
Apakah kita yang mengaku mencintai sesama ummat Rasulullah akan diam berpangku tangan membiarkan kaum wanita berada dalam dosa yang bergelimpangan? Tentu tidak. J