“Assalamu’alaikum. Akhina shalih, apa
kabar tilawahnya?” tanya admin di salah satu grup ODOJ (One Day One
Juz). Waktu sudah menunjukkan pukul 19:30, satu setengah jam dari batas
laporan tilawah, namun baru sepertiga anggota yang lapor juz-nya
selesai.
“Malam lebaran adalah pertama kali aku
tidak shalat malam setelah 30 hari di bulan Ramadhan selalu shalat
malam,” kata seorang pemuda. Dan setelah itu, ia kehilangan banyak malam
tanpa qiyamullail.
Dua fragmen Syawal itu cukup mewakili.
Betapa banyak di antara kita yang down setelah ditinggal Ramadhan.
Tilawah yang rutin di bulan Ramadhan hingga selama sebulan sekali katam,
dua kali khatam bahkan tiga kal khatam, mendadak terjun bebas. Seakan
Ramadhan tak berbekas.
Qiyamul lail yang tidak hanya shalat
tarawih setelah Isya’ tetapi juga di sepertiga malam terakhir sebelum
santap sahur merupakan amalan banyak orang di bulan Ramadhan. Dan kini,
masihkah ia bertahan?
Shalat jamaah di masjid juga rutin
dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Zhuhur dan Ashar di masjid kantor,
Maghrib dan Isya’ di masjid dekat rumah, bahkan Shubuh pun berjamaah.
Ramainya masjid selama Ramadhan menjadi buktinya. Kini, masihkah ia
tersisa?
Keberhasilan Ramadhan, salah satu
indikatornya bisa dilihat bekasnya setelah ia meninggalkan kita.
Masihkah kebaikan-kebaikan yang kita biasakan selama sebulan penuh itu
bertahan atau sama sekali hilang?
Sebagian ulama, seperti dikutip Ibnu Katsir, mengisyaratkan bahwa buah dari kebaikan adalah lahirnya kebaikan berikutnya.
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya”
Menjaga kebaikan-kebaikan yang telah
dilaksanakan memang sangat berat. Namun itulah yang terbaik dan paling
dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amal yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim)
Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu
‘anhu pernah mendapatkan nasehat yang sangat berkesan dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam: “Ya Abdullah, janganlah engkau seperti si
fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakannya lagi.”
Jangan sampai selepas Ramadhan, kita
seperti fulan yang disebutkan Rasulullah dalam hadits muttafaq ‘alaih
itu. Sewaktu Ramadhan shalat malam, sekarang tidak lagi. Sewaktu
Ramadhan rutin tilawah, sekarang tidak lagi. Sewaktu Ramadhan shalat
berjamaah, sekarang tidak lagi.
Kalaupun kita mengalami penurunan bahkan
“terjun bebas” dalam beberapa hari ini, mari beristighfar, memohon
ampunan serta taufiq-Nya. Semoga kita segera kembali bisa menghidupkan
ibadah-ibadah untuk bertaqarrub kepada-Nya. Ya Allah… jadikan Ramadhan
kami berbekas dengan berlanjutnya kebaikan-kebaikan yang telah kami
lakukan di bulan itu.CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DEISGN