Syaikh Fuad merasa perlu mencantumkan hadits ini agar para
suami berbenah diri; tidak hanya menuntut istri mempersembahkan yang terbaik
bagi dirinya, tetapi juga ia mempersembahkan yg terbaik untuk istrinya.
4 nasihat ini secara khusus mengajarkan suami untuk
berpenampilan menarik di rumah.Berikut ini, 4 nasihat itu:
1.
Cucilah Bajumu
Nasehat pertama ini memiliki dua dimensi. Dimensi pertama
ada pada proses. Dimensi kedua terletak pada hasilnya.
Sebagai sebuah proses, “cucilah bajumu” berarti berbagi
dengan istri dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan domestik, khususnya bagi
keluarga yang tidak memiliki khadimat.
Mencuci baju tidak dibebankan kepada istri saja, melainkan
suami juga melakukannya. Baik mencuci dengan tangan maupun dengan mesin cuci.
Konsep berbagi peran inilah yang diteladankan oleh
Rasulullah. Kendati beliau adalah Nabi, pemimpin negara, qiyadah dakwah dan
panglima perang, beliau menyempatkan diri untuk membantu istri-istrinya menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Ditinjau dari dimensi hasil, “cucilah bajumu” membuat suami
tampil dengan pakaian rapi di depan istrinya. Tidak kusut. Tidak menyebalkan.
Mungkin sebagian suami tidak merasa perlu tampil rapi di
hadapan suaminya, terlebih ketika malam tiba. Namun, jika ia menuntut istrinya
tampil prima di depannya, mengapa ia tidak menuntut dirinya melakukan hal yang
sama?
Bukankah Islam menjunjung keadilan? Kita para suami kadang
belum juga mengerti bahwa wanita itu tidak selalu mencurahkan perasaannya
kepada suami.
Ia kadang menyimpannya di hati dan berusaha menyabarkan
diri. Saat kita para suami dengan mudah mengatakan “Pakaialah baju yang indah”,
para istri hanya menahan sabar melihat kita menghampirinya dengan baju berbau.
Mari kita berusaha berubah. Menjadi suami yang lebih rapi di
depan istri.
2.
Rapikan rambutmu
Ketika berangkat kerja, ketika pergi ke kantor, ketika
hendak syuro, ketika mau mengisi pengajian, kita para lelaki yang katanya tidak
suka dandan, minimal merapikan rambut.
Lalu saat hanya berdua dengan istri, mengapa kita tidak
melakukan hal serupa? Bukankah jika begitu kita lebih mengutamakan orang lain
daripada istri kita sendiri? Padahal rekan-rekan kerjanya tidak memasakkannya.
Teman-temannya juga tak bisa merawatnya ketika ia sakit.
Yang setia menemani, yang setia merawat adalah istri. Dan tidak ada orang lain
yang bisa menghangatkannya di kala kedinginan kecuali istrinya sendiri. Lalu
mengapa kita sebagai suami justru tak bisa tampil rapi saat bersamanya?
3.
Gosoklah gigimu
Bau mulut adalah satu hal yang mengganggu komunikasi dan
menjadi pembatas kedekatan. Ketika seorang suami tak suka istrinya mengeluarkan
bau saat ia berbicara, demikian pula istri sebenarnya tak suka jika suaminya
menghampirinya dengan bau yang tak sedap.
Adalah junjungan kita yang mulia, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, setiap akan masuk rumah, beliau bersiwak terlebih dahulu.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Bunda Aisyah
menjadi saksi kebiasaan Rasulullah ini. Ketika ditanya, “Apa yang dilakukan
pertama kali oleh Rasulullah jika dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab:
”Bersiwak”.
Maka sungguh nasehat ini harus dikerjakan oleh para suami.
Hendaklah ia rajin bersiwak atau menggosok giginya.
Jika berduaan dengan istri, pastikan sudah gosok gigi.
Pastikan tak ada bau yang mengganggu. Hingga curhat pun menjadi mengasyikkan.
Hingga berduaan pun jadi penuh kemesraan.
Dan lebih dari itu, menggosok gigi atau bersiwak
mendatangkan dua kebaikan. Kebersihan dan kesehatan mulut, serta mendatangkan
keridhaan Tuhan. “Bersiwak itu membersihkan mulut dan membuat Tuhan ridha” (HR.
Al Baihaqi dan An Nasa’i).
4.
Berhiaslah untuk istrimu
Para sahabat Nabi adalah suami-suami yang terdepan dalam
mengamalkan nasehat ini. Ibnu Abbas mengatakan, “Aku suka berhias untuk istriku
sebagaimana aku suka istriku berhias untukku.”
Mengapa demikian, karena Ibnu Abbas yakin, “Sesungguhnya
berhiasnya suami di hadapan istrinya akan membantu istri menundukkan
pandangannya dari melihat laki-laki selain suaminya. Berhiasnya suami di
hadapan istrinya juga makin mendekatkan hati keduanya.”
Jika para sahabat yang sibuk berdakwah dan berjihad tidak lalai berhias untuk istrinya, bagaimana dengan kita? Semoga bisa meneladani mereka.